Sabtu, Agustus 29, 2009

Pulau Nusakambangan

Apa ada yang dalam persepsi kita jika mendengar kata Pulau Nusakambangan? Hampir dapat dipastikan bahwa yang muncul adalah gambaran sebuah pulau di sebelah selatan Kota Cilacap sebagai yang menyeramkan tempat pembuangan orang yang dianggap berbahaya. Narapidana yang mendapat hukuman penjara lebih dari 5 tahun memiliki peluang dikirim ke pulau tersebut, apalagi penjara di kota semakin penuh sesak oleh terpidana yang lebih ringan. Gambaran Nusakambangan sebagai pulau yang menyeramkan tidak dapat disalahkan. Bayangkan saja, sejak zaman dulu sampai saat ini pulau ini telah diperkenalkan kepada anak-anak SD sebagai Pulau Narapidana.

Di atas pulau yang dikelilingi Samudra Indonesia seluas lebih kurang 30.000 hektar itu setidaknya berdiri 5 Lembaga Permasyarakatan (LP) dari 10 LP yang semula beroperasi. “Institusi” yang masih aktif itu adalah LP Permisan yang paling tua (dibangun tahun 1908), LP Batu (1925), LP Besi (1929), LP Kembangkuning (1950). Satu lagi adalah LP Pasir Putih yang baru selesai pembangunannya 2 tahun yang lalu, dengan sebutan yang tidak kalah menyeramkan sebagai LP dengan Super Maximum Security (SMS). Lima LP lain yang telah di tutup dan hanya tersisa reruntuhannya adalah LP Nirbaya, LP Karang Tengah, LP Timus Buntu, LP Karang Anyar, dan LP Gleger. Berikutnya adalah cerita petualangan lolosnya Johny Indo, tereksekusinya pelaku Bom Bali, dan cerita seram lainnya, telah melengkapi semakin menjauhnya Pulau Nusakambangan dari persepsi keindahan.

Tapi tunggu dulu, benarkah tidak ada yang indah di pulau ini. Ya.... ternyata ada dan banyak. Di Pantai Permisan tidak jauh dari LP tertua itu terhampar lautan luas Samudra Indonesia dengan deburan ombak menghantam karang. Sebuah replika pisau komando raksasa tertancap di atas batu karang tampak sangat eksotis, inilah pantai tempat wisuda dan pembaretan Kopassus pasukan elit Angkatan Darat RI. Tahukah anda bahwa LP dengan pengamanan super maksimum yang bernama LP Pasir Putih itu ternyata memang di bangun dekat pantai yang berpasir putih, seputih pasir di Pantai Copacabana. Belum lagi wisata wana dan geologis di alam yang masih sangat natural sampai arena kendaraan 4 WD bergulat melawan bukit, lumpur dan sungai.

Diatas semua itu, ada sebuah kisah yang indah mengenai Pulau Nusakambangan yang merupakan pengalaman pribadi saya.

Lebih dari 8 tahun keluarga kami tinggal di Kota Cilacap pada sebuah perumahan di tepi laut. Tempat yang indah karena debur ombak laut selatan sampai di pantai dekat rumah dengan kondisi ramah setelah ditaklukkan benteng Pulau Nusakambangan. Pagi itu tanggal 17 Juli 2006, saya mendapat tugas luar kota meninggalkan keluarga menuju Kota Balikpapan. Pesawat yang membawa rombongan kami mendarat di Bandara Sepinggan sekitar pukul 17.30 wita, dan sambil menunggu bagasi terdengar Breaking News bahwa telah terjadi tsunami besar di Pantai Pangandaran yang meluluhlantakkan seluruh pantai selatan dari Pangandaran sampai Cilacap bahkan sebagian Pantai Kebumen. Jika bagi para porter di bandara berita itu adalah hal yang biasa, maka bagi saya hal itu adalah luar biasa karena pantai Lautan Indonesia hanya beberapa puluh meter saja dari halaman belakang rumah. Apalagi hubungan telekomunikasi terputus sampai sekitar pukul 19.00, dan baru terdengar berita yang menggembirakan bahwa semua keluarga dalam keadaan baik setelah komunikasi dapat diakses.

Benarkah ada tsunami besar yang menghancurkan Pangandaran sampai Cilacap? Ya.... benar dan tak terbilang kerugian nyawa dan harta. Laporan dari lingkungan perumahan kami hanya cerita bahwa air laut masuk tinggi ke kompleks membawa sampah, bahkan tidak terasa adanya gempa besar yang berskala 6,8 Richter itu. Gelombang besar datang dari arah barat dan Pantai Widara Payung di sebelah timur Cilacap pun hancur. Lalu mengapa Kota Cilacap selamat? Dari simulasi diatas peta maka tampak bahwa gelombang tsunami itu membentur Pulau Nusakambangan, dan sisanya barulah menyapu pantai yang justru berada di sebelah timur Cilacap. Rupanya Pulau Nusakambangan telah menjalankan perannya dengan baik sebagai pelindung Kota Cilacap. Gelombang tinggi telah terjadi di Pantai Permisan dan sekitarnya yang menyeret hilang beberapa narapidana yang sedang di luar LP. Pulau Nusakambangan adalah penyelamat kami para penduduk Kota Cilacap.

Mulai saat itu, bagi saya Pulau Nusakambangan telah mengubah semua persepsi buruk yang ada dalam benak saya selama ini. Nusakambangan yang buruk itu telah diCiptakanNya dengan sangat tepat dan sengaja, untuk menunjukkan Cinta dan PerlindunganNya kepada kami.

Dan agar saya dapat bercerita kepada anda bahwa semua yang diCiptakanNya adalah indah.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar