Jumat, Agustus 28, 2009

Gate


Gambar foto disamping ini adalah lukisan buah karya Sekar Langit, putra seniman dan pelukis Sapto Hoedoyo. Lukisan ini oleh pelukisnya diberi judul Gate dan dipamerkan dalam suatu galeri terbuka dan dijual dengan harga penawaran Rp. 90 juta. Ini hanya satu dari belasan lukisannya yang terpampang indah sepanjang dinding galeri. Selain untuk dilihat dan dinikmati oleh para pengunjung, lukisan-lukisan itu juga ditawarkan untuk dimiliki dengan harga yang bervariasi. Ada beberapa lukisan yang masih terpasang namun di sisi bawahnya terpasang juga tulisan sold yang menyatakan bahwa lukisan itu sudah terjual. Pembeli lukisan tampaknya diminta untuk bersabar tidak membawa pulang segera lukisan yang dibelinya itu, agar selama waktu pameran para pengunjung lain masih dapat melihat lukisan sebagai buah karya milik umum. Salah satu lukisan yang sudah ada pembelinya adalah lukisan dengan judul Kesetiaan Istri yang sudah terbeli oleh seorang kolektor dengan harga Rp. 56 juta.

Membicarakan suatu karya seni tampaknya sulit dilepaskan dari gambaran kehidupan para seniman. Mereka sering dibayangkan sebagai sekelompok komunitas manusia yang mencintai keindahan, membebaskan imajinasinya untuk mencari dan menerima keindahan itu sebagai suatu yang alami, diyakini dan bahkan menjadi bagian kehidupannya. Keadaan ini menyebabkan sikap kehidupan merekapun tidak lagi terikat pada satu tata nilai tertentu kecuali keindahan itu sendiri – bahkan ketika keindahan itu hanya dapat dirasakan oleh mereka sendiri. Tidaklah mengherankan jika menurut banyak orang, sikap mereka tidak terpahami. Ketika pakaian yang rapi menjadi nilai yang oleh masyarakat umum dinyatakan sebagai ukuran tata cara berbusana yang baik, mengapa pula mereka tidak mempedulikan gaya, bentuk dan cara berbusana? Ketika orang lain tidur diwaktu malam, mengapa pula mereka betah hidup dan terjaga di tengah malam? Jika ada orang yang mengabaikan bentuk patung yang terkesan asal jadi, mengapa pula mereka mampu mendiskusikannya sampai berjam-jam?

Inilah makna terselubung yang terkadang menjerumuskan pandangan kita, hanya karena nilai (value) yang kita anut ternyata berbeda dengan mereka. Belahan otak (hemisphere) kita yang sebelah kiri – kecuali pada mereka yang kidal – memang berfungsi memberikan batasan yang logis, terukur dan pasti. Sedangkan hemisphere kanan memberikan keseimbangan untuk dapat memahami suatu nilai yang lain. Nilai itu mungkin tidak logis, tapi indah karena berkaitan dengan emosional dan fungsi luhur sebagai Ciptaan Agung Yang Mahakuasa. Apabila telah diciptakanNya 2 sisi otak dengan fungsinya masing-masing, maka tentulah dititahkanNya juga manusia untuk menggunakan keduanya.

Nah.... mari kita melihat lukisan karya Mas Sekar Langit diatas. Apakah yang kita pikirkan dengan lukisan dan harganya itu? Apakah yang terbayang pada pikiran kita timbunan setara 20 ton beras yang seharusnya dibagikan bagi banyak orang miskin, ataukah suatu adakah sesuatu yang indah dalam lukisan itu? Timbunan 20 ton beras dalam benak kita memang suatu yang logis, matematis, dan tidak ada suatupun yang salah karena ukuran umumnya yang memang itu nilainya. Kali ini ada baiknya yang kita ajak bekerja bukan hanya belahan otak kiri saja. Kita seberangkan impuls syaraf melalui jaras-jarasnya menuju otak kanan, untuk mampu melihat sisi lain dari yang logis itu. Lupakan sejenak timbunan 20 ton beras itu karena pada dasarnya anda hanya perlu 1 atau 2 piring nasi saja. Biarkan pikiran kita mengembara membayangkan suatu Gate yang ingin diekpresikan oleh pelukis itu.

Kadang kita memang perlu melepaskan ego kita dalam menilai kehidupan. Biarkanlah lingkungan dan alam yang menggurui kita mengenai keindahan dan harmonisasi. Biarkanlah imajinasi kita mengembara mengenal dunia lain yang penuh keindahan, tanpa harus dibatasi oleh ukuran waktu, tempat, bahkan tata nilai masyarakat umum lainnya termasuk nilai rupiah.

Kemampuan menyeimbangkan yang logis dan yang artistik akan menggiring manusia menemukan jati dirinya sebagai bagian dari ciptaan yang indah. Maka.....bukankah hal itu akan lebih membuka jalan kita untuk mengenal dan mengagumi Sang Pencipta Agung?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar