Senin, Desember 07, 2009

PERTAMINA Peduli Diabetes Mellitus

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis dan sistemis. Kronis, menunjukkan perkembangannya yang lama, makin memberat dan cenderung berkomplikasi, serta sistemis karena luasnya penyebaran penyakit itu yang mampu menyerang hampir semua organ tubuh manusia. Dampak penyakit ini terbukti sangat memengaruhi status kesehatan dan produktifitas kerja seseorang juga berdampak ekonomis karena tingginya biaya perobatan.

Di Negara Indonesia, penyakit DM ini sudah menjadi persoalan yang besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia (2003), diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun itu adalah sebesar 133 juta jiwa sedangkan angka penelitian kejadian (prevalensi) DM di daerah urban 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%. Pada tahun 2003 tersebut di Indonesia dinyatakan terdapat sejumlah 13,7 juta penyandang Penyakit DM. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memprediksi bahwa di Indonesia angka tersebut akan terus meningkat, dan pada tahun 2030 diperkirakan penderita penyakit DM tersebut akan mencapai angka 21,3 juta jiwa – suatu jumlah yang luar biasa dan berpotensi kerugian yang sangat besar juga. Suatu fakta yang lebih mengejutkan menyatakan bahwa di dunia ini setiap 10 detik akan meninggal seorang penderita DM dengan komplikasinya, dan pada saat bersamaan ditemukan 2 orang penderita yang baru[1]. Angka tersebut ternyata cenderung meningkat terus seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, yang diikuti dengan perubahan perilaku hidup yang kurang sehat. Tingginya angka kesakitan dan kematian ini jauh melebihi angka pada penyakit HIV/AIDS, bahkan juga kematian akibat Virus H5N1 maupun H1N1 yang menghebohkan itu. Dalam laporan selanjutnya terungkap suatu fakta yang sangat dramatis yaitu bahwa sekitar 50% penyandang DM ternyata belum terdiagnosis. Hal ini berarti di lingkungan masyarakat umum, termasuk masyarakat Pertamina, masih banyak yang tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya adalah penyandang penyakit DM tersebut[2].

SEJARAH
George Ebers, seorang ilmuwan, di kota Thebes (Mesir) menemukan tulisan dari sekitar tahun 1550 SM di atas kertas papyrus kuno, yang kemudian dikenal sebagai Papyrus Ebers tentang suatu penyakit dengan gambaran, “Penyakit dengan gejala kencing yang berulang dan banyak, dapat bersifat ganas dan kematian dalam waktu singkat”. Gambaran ini memberikan kesan bahwa penyakit tersebut adalah DM. Kitab pengobatan Aryuveda dari India (600 SM) juga menceriterakan upaya penyembuhan dari penyakit dengan gejala banyak kencing seperti itu. Aretaeus dari Cappadocia (81–138 M) dengan jelas memberi gambaran tentang penyakit ini, “Penyakit penuh rahasia yang ganas, sehingga tubuh penderita dihancurkan dan dibuang melalui air kemih”. Aretaeus memberi nama Diabetes pada penyakit ini, ia mendeskripsikan penderita penyakit ini dengan gambaran tubuh yang kurus, minum banyak, dan kencing banyak, tubuhnya terdapat borok luka yang menganga dan sakit-sakitan – biasanya meninggal pada usia muda. Dalam sejarah kedokteran, Aretaeus kemudian dinyatakan sebagai Bapak Diabetes.

Daelius Aurelianus (sekitar 500–600 M) juga menceriterakan gambaran penyakit yang dinyatakan sebagai, “Penyakit dengan gejala kencing banyak, air yang masuk langsung keluar lagi ibarat mengalir melalui pipa, tanpa hambatan”. Baru pada sekitar abad ke 17, Rollo dan Frank menyebut kembali penyakit itu dengan gambaran, “Penyakit kencing banyak dan rasanya manis – Diabetes Mellitus”.

DIABETES MELLITUS – GAMBARAN UMUM & KOMPLIKASI
Seperti gambaran dalam sejarah perkembangan dan penemuan penyakit DM, maka buang air kecil merupakan gejala yang mudah terlihat dan dirasakan mengganggu aktifitas seseorang. Secara umum gejala klasik penyakit DM ditandai dengan Trias P (3P) yaitu (1) Poliuria (banyak kencing), (2) Polidipsia (banyak minum), (3) Polipagia (banyak makan). Selain itu keluhan penderita DM sering bermula dari gejala lain seperti berat badan yang menurun drastis, rasa lemas atau kelelahan yang berkepanjangan, gatal pada sekitar lipat paha, kesemutan, infeksi yang sering kambuh, dan penglihatan yang kabur.

Pada penderita DM, kadar gula darah pada malam hari yang meninggi menimbulkan rasa haus dan keinginan kencing semakin menjadi-jadi; penderita akan hilir mudik minum dan ke kamar mandi. Makin dalam rasa kantuk, semakin menyiksa kedaan ini, sehingga penderita sering melupakan keharusan menyiram kloset atau lantai kamar mandi. Kondisi ini menyebabkan semut datang untuk bersarang, maka adanya semut di Kamar Mandi/ Closet – dapat dipakai sebagai tanda awal kecurigaan penyakit DM.

Seperti diketahui, masalah utama penderita penyakit DM ada pada tingginya kadar gula darah, maka pada dasarnya semua sel dan organ tubuh dapat terkena penyakit ini. Apabila darah sebagai sumber kehidupan menjadi “tidak ideal”, maka dapat dimengerti apabila pada sel dan organ menjadi rusak karena terganggunya (1) kemampuan menjaga kehidupannya, dan (2) kemampuannya melawan penyakit (infeksi) yang menyerangnya. Area organ tubuh adalah meliputi seluruh bagian tubuh yang dialiri darah. Hal ini yang menyebabkan DM menimbulkan gambaran klinis yang beragam pada penderita satu dengan lainnya. Setelah berlangsung lama dan memberat, gejala dan keluhan itu dilukiskan oleh Krall, LP (1982) sebagai penyakit yang:

The most frightening : retinopathy -> kebutaan
The most deadly : cardiovascular disorder -> serangan jantung
The most expensive : kidney disease -> gagal ginjal
The most frustating : neuropathy -> gangguan syaraf
The most obvious : skin lessions -> borok di kulit
The most prolonged : food lessions -> kaki membusuk
The most secretive : impotence -> impotensi

PERTAMINA PEDULI DM
Lalu apa kait mengaitnya penyakit kronis ini dengan PT PERTAMINA (PERSERO)?
Pertama, adalah karena visi perusahaan ini yang ingin menjadi perusahaan migas terkemuka di dunia. Tapi mungkinkah harapan itu dapat terwujud tanpa pekerja yang sehat dan produktif? Apabila masyarakat Pertamina dikelompokkan sebagai masyarakat rural dan mengacu pada angka statistik diatas, maka 7,2% populasinya patut diduga adalah penderita DM. Faktanya, data Medical Check-up (MCU) pekerja menunjukkan bahwa 10-15% mereka yang rajin MCU telah mulai memiliki kadar gula darah diatas normal[3]. Kedua, Pertamina sebagai perusahaan yang concern pada efisiensi biaya, selayaknya memberikan perhatian pada penyakit berbiaya besar seperti DM ini. Penyakit ini timbul akibat pola perilaku yang tidak sehat (lifestyle disease) dan mengharuskan pengobatan seumur hidup (longlife disease). Penyakit yang sesungguhnya relatif dapat dicegah ini justru berpotensi timbul karena perusahaan memberikan kesejahteraan yang memadai bagi pekerjanya – dan akhirnya, perusahaan juga harus mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi karena “kenikmatan” hidup pekerjanya. Suatu ironi siklus lingkaran setan yang pasti tidak diharapkan. Inilah mata rantai yang ingin diputuskan oleh Fungsi Medical Pertamina dengan menata ulang visinya untuk ber-Paradigma Sehat mengutamakan pencegahan timbulnya sakit dan kecacatan, lebih dari sekedar menjadi juru pengobat.

Ketiga, karena memang pemerintah (Depkes RI) sangat memerlukan partisipasi masyarakat maupun perusahaan untuk mempercepat penanganan masalah kesehatan. Kurang terdengar gaung angka komplikasi dan kematian Penyakit DM bukan karena tidak pentingnya penyakit ini, namun karena keterbatasan sumber daya dan aspek politis lain yang menyebabkan prioritas Depkes RI adalah masalah penyakit masyarakat, infeksi akut dan wabah. Kepedulian perusahaan sekelas Pertamina terhadap masalah Penyakit DM akan merupakan solusi berdaya ungkit besar bagi percepatan pembangunan kesehatan di Indonesia. Apabila pada HUT Ke-52 PT PERTAMINA (PERSERO) tahun 2009 perusahaan memberikan perhatiannya pada Penyakit DM, maka sesungguhnya kegiatan itu adalah merupakan pernyataan bahwa kini Pertamina ber-Paradigma Sehat, sungguh-sungguh berorientasi pada biaya dan produktifitas kerja, serta menunjukkan bahwa Pertamina mampu berkontribusi nyata dalam pembangunan kesehatan. Di media televisi ada sebuah tayangan iklan layanan masyarakat yang disponsori oleh suatu perusahaan rokok dengan mengambil tema “Bangkit dan Bersatulah Pemuda Indonesia”. Apabila iklan tersebut dianggap mampu mengangkat citra perusahaan rokok tersebut, maka betapa tidak semakin dikenalnya perusahaan migas kita ini apabila tampil juga tayangan serupa yang menyatakan bahwa untuk kesehatan dan produktivitas maka “Pertamina Peduli Diabetes Mellitus (DM)”

-------------------------------------------------------------------
[1] Sumber: Okezone, 25/07/2007 pkl 09:48 Wib, lihat juga http://rumahdiabetes.com
[2] Angka dan keterangan mengenai prevalensi DM dapat dilihat pada referensi Buku Konsensus Pengelolaan DM (2006)
[3] Atas pertimbangan medis, angka insidensi dan prevalensi penderita DM tidak dipublikasikan dan apabila diperlukan dapat dilihat di Fungsi Medical HR Operation