Sabtu, Agustus 08, 2009

Prestasi Si Tempayan Retak

Ini adalah cerita lama yang sumber awalnya sukar dicari, namun maknanya mudah dipahami.

Konon kata shahibul hikayat, pada zaman semua benda dapat berbicara, di dapur Kerajaan Antah berantah bekerjalah seorang pemikul air yang setia. Setiap hari pemikul air berjalan naik turun jalan setapak mengangkut air dengan 2 tempayan di kanan dan kiri pikulannya. Sayangnya, satu tempayannya telah retak dan bertetesanlah air yang dibawa dengan tempayan itu sehingga ketika sampai di dapur kerajaan isi tempayan retak itu tinggal setengahnya saja. Keadaan ini berlangsung terus selama 2 tahun, dan tempayan yang retak itu selalu mendapat penghinaan dan sindiran dari temannya si Tempayan Utuh yang melihat prestasi temannya.
Hal ini membuat Tempayan Retak itu merasa sedih dan berkata pada si Pemikul Air,Tuan, aku sungguh tidak berguna dibanding temanku yang masih utuh itu. Aku tidak akan pernah menghasilkan air sebanyak dirinya, karena tubuhku telah retak. Aku rela jika tuan tidak lagi menggunakan diriku dan menggantikan dengan tempayan air lain yang lebih baik dariku”.
Mendengar kata itu berkatalah si Pemikul Air, “Sahabatku akupun telah mengetahui keadaanmu dan menyampaikan kepada Raja kita untuk menggantikan dirimu, tapi ada suatu hal yang menyebabkan Baginda Raja tidak berkenan menggantimu bahkan beliau mewanti-wanti aku untuk tetap memperkerjakanmu. Ingin tahukah engkau mengapa hal itu diputuskannya?” Tentu saja si Tempayan Retak terperangah dan segera ingin tahu mengapa raja berkenan pada pekerjaannya yang tampaknya tidak sebagus rekannya. Keesokan harinya seperti biasanya mereka berjalan menuju ke mata air untuk mengisi tempayan, sepanjang jalan keberangkatan si Pemikul Air diam seribu bahasa sementara si Tempayan Retak menanti-nanti kapankah ia akan mendengar kisah yang dijanjikan tuannya itu. Ketika dalam perjalanan pulang sambil bertetesan air bertanyalah ia, “Apa yang tuan akan tunjukkan padaku?” Sambil tersenyum berkatalah tuannya, “Apa yang engkau lihat di sisimu sepanjang jalan pulang kita ini?” Setelah beberapa saat mengamati ia berkata dengan gembira, “Tuanku...... saya melihat tumbuh banyak bunga yang sangat indah sepanjang jalan kita, yang hal itu tidak ada pada sisi yang lain”. Berkata pulalah si Pemikul Air, “Nah inilah rahasianya mengapa engkau masih diperlukan bahkan oleh raja. Semula akupun kecewa pada prestasimu yang hanya menghasilkan separuh produktifitas temanmu. Aku berpikir keras bagaimana memanfaatkan kekuranganmu dengan memanfaatkan ceceran air darimu. Selama 2 tahun ini aku menanam benih bunga-bungan sepanjang jalan kita dan ketika tumbuh menjadi tanaman yang subur dan indah, bunga itu kupersembahkan kepada raja dan beliau berkenan menerima dan menanyakan darimana kuperoleh bunga seindah itu. Ketika beliau mengetahui asal muasal bunga yang indah itu, beliau mengagumi kerja sama kita dan ingin tetap menggunakanmu sebagai pengangkut air dan sekaligus penyiram bunga kerajaan”.
Alhasil........... sering kita menganggap diri kita adalah tempayan yang retak, atau orang lain memandang kita kurang berprestasi, namun sesungguhnya di tangan “tuan dan raja pemilik” yang baik semua dapat dijadikan indah pada akhirnya. Jangan pernah menjadi pribadi inferior, karena pada diri kita dititipkan OlehNYA kemampuan yang spesifik dan di MataNya kita semua berguna.
Salam dan hormat saya – Sapto Pudjo Hw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar