Sabtu, Agustus 15, 2009

Bahagia di Balik Kecerdasan


Di bawah ini adalah kutipan tulisan seorang penulis perihal kecerdasan katanya,

"Orang cerdas memahami konsekuensi setiap jawaban dan menemukan bahwa di balik sebuah jawaban tersembunyi beberapa pertanyaan baru........... Mereka mengarungi alur pemikiran (yang tiada berujung) ini, tersesat di jauh didalamnya, sendirian. Orang cerdas berdiri di dalam gelap, sehingga mereka bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain. Mereka tidak dipahami oleh lingkungannya, terperangkap dalam kegelapan itu.

Semakin cerdas, semakin terkucil, semakin aneh mereka. Kita menyebut mereka: orang-orang yang sulit. Orang-orang sulit tidak berteman, dan mereka berteriak putus asa memohon pengertian. Ditambah sedikit saja sikap introver, maka orang-orang cerdas semacam ini tak jarang berakhir di sebuah kamar dengan perabot berwarna teduh dan musik klasik yang terdengar lamat-lamat. Sebagian dari mereka amat menderita.

Sebaliknya, orang-orang yang tidak cerdas hidupnya lebih bahagia. Jiwanya sehat walafiat. Isi kepalanya damai, tenteram, sekaligus sepi, karena tak ada apa-apa di situ, kosong. Jika ada suara memasuki telinga mereka, maka suara itu akan terpantul-pantul sendirian di dalam sebuah ruangan yang sempit, berdengung-dengung sebentar, lalu segera keluar kembali melalui mulut mereka.

Jika diserahkan tugas, mereka puas sekali karena telah berhasil memenuhi batas akhir - bukan target terbaik - , dan ketika mendapat nilai (hanya) C, mereka tak henti-hentinya bersyukur karena telah lulus dari tugas itu.

Mereka hidup dalam terang. Sebuah senter menyiramkan sinar tepat di atas kepala mereka dan pemikiran mereka hanya sampai pada batas lingkaran cahaya senter itu. Di luar adalah gelap. Mereka selalu berbicara keras-keras karena takut akan kegelapan yang mengepung mereka. Bagi sebagian orang, ketidaktahuan adalah berkah yang tak terkira......"


(Andrea Hirata, Novel Laskar Pelangi, Cetakan kesepuluh, Oktober 2007. Hal 111 – 113)

Apabila terhadap pernyataan diatas kita mengganggukan kepala dan tidak berpendapat lain, maka makin benarlah suatu harapan yang menyatakan bahwa kebahagiaan dapat dimiliki oleh setiap orang – bahkan untuk mereka yang tidak mencarinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar